Rabu, 22 Mei 2013

makalah budi pekerti



TUGAS UAS
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
PENTINGNYA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH PADA MASA USIA DINI
Dosen Pengampu : Drs. Djuwalman, M. Pd  


Disusun Oleh :
Nama                                : Rio Hermawan 
NPM                                 : 09144200103
Kelas/Semester                 : A1/VII (Tujuh)


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2012
PENGESAHAN
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
PENTINGNYA PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH PADA MASA USIA DINI
TUGAS UAS
Tahun Pelajaran 2012/2013




                                                                             Yogyakarta, 27 November 2012
Dosen                                                                                    Penyusun



Drs. Djuwalman, M. Pd                                                            Rio Hermawan
NIP : 0005075202                                                                    NIM : 09144200103


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan  rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak lepas dari bantuan pihak lain, sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya yaitu :
1.      Dra. H. Nur Wahyumiani, MA, selaku Dekan FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.
2.      Drs. Sarjiman, selaku Ketua Progran Studi Bimbingan dan Konseling.
3.      Drs. Djuwalman, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan budi pekerti.
4.      Orang tua kami yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada kami.
5.      Semua rekan-rekan yang telah memberikan sumbangan, pikiran, tenaga dan waktu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Budi Pekerti, mengingat kemampuan yang terbatas sudah tentu penyusunan laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, guna untuk perbaikan tugas untuk masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta,  27 November 2012




Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………....................... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….… iv
BAB    I           PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1
A.    Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B.     Rumusan masalah.............…………………………………………………… 1
C.     Tujuan pembahasan………………………………………………………….. 2
D.    Manfaat pembahasan………………………………………………………… 3
BAB    II         Pembahasan ...……………………………………………………………………. 2
A.    Pengertian Budi Pekerti .......………………………………………………… 3
B.     Factor Yang Mempengaruhi Budi Pekerti .....…………………………….. 3
C.     Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah..………………………………………... 3
D.    Tujuan Pendidikan Budi Pekerti.............…………………………………….. 5
E.     Factor Yang Dominan Untuk Menciptakan Suasana Sekolah Yang Kondusif................………………………………………………………….... 5
F.      Indicator Keberhasilan.……………………...…………………………….. 6
G.    Pemantauan Dan Evaluasi Pendidikan Budi Pekerti.………………………………………….............................................. 7
BAB    III        Penarikan Kesimpulan dan Saran……………………………………………... 9
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………. 10
B.     Saran………………………………………………………………………... 12
DAFTAR FUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan. Di dalam sekolah diselenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan antara lain membentuk manusia yang berbudi luhur. Pada zaman awal kemerdekaan Indonesia di lembaga pendidikan sekolah diajarkan budi pekerti seperti pembiasaan hidup sopan santun, tata karma, disiplin, kejujuran dan memiliki rasa hormat tinggi. Dalam perkembangannya budi pekerti hilang dari kurikulum sekolah dan diganti dengan pelajaran seperti civics, PMP atau PPKn, sedangkan pendidikan agama merupakan mata pelajaran mengenai pendidikan akhlak.
Oleh sebab itu pendidikan budi pekerti, kesehatan mental dan akhlak yang mulia sangat penting bagi perkembangan peradaban dan kebudayaan di samping kecerdasan berpikir, budi pekerti akhlak dan kesehatan mental adalah tugas dunia pendidikan atau khusus ditujukan kepada sekolah. Untuk menangkap misi tersebut setelah mengkaji berbagai masukan akademis, empiris dan sosial kultur dari para pakar, praktisi, tokoh masyarakat, departemen pendidikan nasional menetapkan komitmen untuk menyelenggarakan pendidikan budi pekerti yang diintegrasikan ke dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dank e dalam tatanan kehidupan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan. Pendidikan budi pekerti secara kependidikan diperlukan bukan hanya sebagai subtansi yang semata-mata diajarkan, tetapi lebih mendasar sebagai interaksi sosial budaya dan edukatif antara siswa dengan seluruh unsure pendidikan yang ada di sekolah dan di luar sekolah / masyarakat yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta terwujudnya individu yang berakhlak mulia.
Dengan melihat kejadian dalam masyarakat dan keadaan mental pelajar dan remaja yang cenderung melanggar norma dan merosotnya budi pekerti, saya menulis makalah ini untuk salah satu syrat mata kuliah pendidikan budi pekerti guna mengembangkan tugas membentuk manusia Indonesia seutuhnya di masa depan.


B.     Rumusan Masalah.
Didalam makalah ini penulis menyajikan sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
·         Factor yang mempengaruhi budi pekerti ?
·         Bagaimana pendidikan budi pekerti dalam lingkungan sekolah sendiri?
·         Bagaimana pengaruh seorang guru dalam mengajarkan budi pekerti ke anak-anak?
C.    Tujuan Pembahasan.
Untuk mengembangkan nilai, sikap dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur. Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.
D.    Manfaat Pembahasan.
Sesungguhnya dalam penulisan makalah ini penulis merasakan banyak manfaat baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Secara lahiriah penulis merasakan bahwa betapa penting ilmu budi pekerti dalam kehidupan nyata. Sehingga terbentuknya sebuah peradaban manusia, yang selalu taat terhadap norma-norma berlaku bukan seperti yang telah dicontohkan oleh para pemimpin  ditulis dilatarbelakang diatas. Sedangkan secara batiniah penulis merasa sangat bangga ketika mengetahui bahwa sebuah peradaban yang baik berasal dari budi pekerti baik, begitu juga sebaliknya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Budi Pekerti.
Di dalam proses pendidikan dan pengajaran ada beberapa factor yang satu sma lain saling berkaitan, yaitu antara lain : pendidik, peserta didik, lingkungan, alat dan tujuan. Kombinasi dari berbagai factor tersebut akan menghasilkan keluaran (out put) yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Budi pekerti merupakan hasil kombinasi dari ketiga hal tersebut, tetapi yang paling dominan adalah pada sifat afektif.
Budi pekerti dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun dan prilaku. Oleh sebab itu pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai prilaku maka budi pekerti meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku (edi sedyawati, 1997 : 4). Sedangkan pengertian lain adalah alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, tingkah laku, perangai, akhlak atau watak seseorang itu diwujudkannya setelah ia memadukan akal dan perasaannya untuk menimbang baik dan buruknya sesuatu (sugihastuti, 1995 : 2). Budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, perangai atau watak (kamus besar Indonesia, 1989 : 150).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa budi pekerti merupakan alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik, daya upaya dan akal yang diwujudkan dalam perilaku. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi juga ucapan. Budi pekerti selaras dengan adat istiadat, norma dan nilai yang berlaku dimasyrakat.
            Untuk membudayakan budi pekerti di sekolah hendaknya diupayakan dengan mengoptimalkan semua potensi yang ada di sekolah. Dengan demikian diharapkan sekolah menjadi wahana dalam pendidikan budi pekerti untuk membentuk anak-anak bangsa yang berbudi luhur, berakhlak mulia, di samping kecerdasan pikir.
B. Factor Yang Mempengaruhi Budi Pekerti Antara Lain :
1) keaehatan mental
Orang yang berbudi pekerti luhur dinyatakan sehat mentalnya adalah orang yang dapat:
a)      Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu mengandung tantangan.berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan termasuk : mau menerima tugas, menyelesaikan tugas dan memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu.
b)      Memperoleh kepuasan dalam perjuangannya.
Merasa puas atas prestasi yang dicapai, merasa puas setelah menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
c)      Merasa lebih puas member daripada menerima.
Anak dibiasakan : member makanan kepada anak yang membawa makanan, meminjamkan alat-alat tulis kepada teman yang lain.
d)     Secara relative bebas dari rasa tenggang dan cemas.
Misalnya : sabar menunggu giliran, berhenti bermain pada waktunya, tidak cengeng.
e)      Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling menghargai.
Misalnya : bergotong royong sesame teman, tolong menolong sesame teman.
f)       Manerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari depan.
Misalnya : menghindari obat-obatan yang berbahaya, menghindari benda-benda yang berbahaya.
g)      Mengarahkan sikap permusuhan menjadi perbuatan yang kreatif dan konstruktif.
Anak dibiasakan : sikap menghormati orang lain, menciptakaan suasana keakraban, melatih keberanian dan mengembangkan sosialisasi anak dan sebagainya.
h)      Memiliki rasa sayang yang besar.
Misalnya : mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain. Pada waktu mengucapkan salam ditanamkan pembiasaan antara lain : sopan santun, menunjukan reaksi dan emosi yang wajar (basuki BS, 2001 : 1).
2) kepribadian.
Kepribadian adalah organisasi system-sistem psikofisik individu yang menentukan cara-cara penyesuian dirinya yang unik terhadap lingkungannya (ngalim purwanto, 1990 : 159). Masalah-masalah yang berhubungan kepribadian adalah sikap, sifat, temperamen dan watak.
a)      Sikap.
Factor yang berperan penting di dalam sikap adalah factor perasaan/emosi dan factor reaksi atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan alternative yaitu senang dan tidak senang, menurut atau menghindar. Factor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan sikap adalah kematangan, kehidupan sekolah, keadaan fisik, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, guru, kurikulum sekolah dan metode mengajar guru.
b)      Temperamen.
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/tergantung pada konstitusi tubuh, oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik. Temperamen tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
c)      Watak.
Watak berisi tentang sikap, sifat dan temperamen. Ketiganya merupakan komponen watak. Watak seringkali dihubungkan dengan pengertian moral atau nilai-nilai etis yakni apa yang disebut baik dan buruk. Watak dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti : pengalaman, pendidikan, intelegensi dan kemampuan. Sifat-sifat dan watak seseorang merupakan hasil intelegensi antara pembawaan dan lingkungan cultural.
C. Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah.
Menurut udin S. winata putra, 2001 : 6 visi, misi, tujuan, factor dominan dan evaluasi program sebagai berikut :
1)      Visi pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai bentuk nilai, moral, etika yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga Negara Indonesia berakhlak mulia dalam pikiran, sikap dan perbuatan sehari-hari.
2)      Misi pendidikan budi pekerti.
a)      Mengoptimalkan subtansi dan pelaksanaan mata pelajaran yang relevan khususnya pendidikan agama dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan serta pelajaran lainya yang relevan, sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga pada peserta didik bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas spiritual, emosioanal dan sosial.
b)      Mewujudkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak mulia/moral luhur, sebagai wahana bagi siswa, tenaga kependidikan dan pengelola pendidikan untuk membangun interaksi induktif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhlak mulia, serta membangun ketahanan sekolah, lingkungan keluarga dan masyrakat dari pengaruh luar negative.
c)      Memanfaatkan media massa dan lingkungan masyrakat secara selektif dan adaptif guna mendukung keseluruhan upaya penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai budi pekerti baik yang melalui mata pelajaran yang relevan maupun yang melalui pengembangan budaya pendidikan disekolah.
d)     Membangun kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyrakat dalam penerapan pendidikan budi pekerti.
D. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti.
Pendidikan budi pekerti yang terintegrasi secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri siswa serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari, dalam berbagai konteks sosial budaya yang bhineka. Selanjutnya esensi tujuan tersebut perlu dijabarkan dalam pengembangan pembelajaran dan sumber belajar setiap mata pelajaran yang relevan dengan tujuan agar siswa mampu menggunakan pengetahuan, nilai, keterampilan mata pelajaran itu sebagai wahana yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta terwujudnya sikap dan perilaku siswa yang mencerimkan akhlak mulia yang dipersyratkan bagi manusia Indonesia seutuhnya.
Selain itu pendidikan budi pekerti diajarkan di sekolah dengan maksud antara untuk membangun generasi masa depan, selain cerdas juga berakhlak mulia dan berbudi lihur. Watak yang tidak berbudi yang sering tampak dalam masyrakat Indonesia harus segera diakhiri, dan untuk jangka panjang perlu pembinaan generasi yang berbudi luhur. Berdasarkan teori pembinaan generasi yang berbudi luhur harus dimulai sejak dini, sejak anak masih kecil. Oleh karena itu pendidikan budi pekerti di sekolah dimulai dari taman kanak-kanak, sungguhpun pada dasarnya sudah terjadi di lingkungan keluarga.
Pendidikan budi pekerti diintegrasikan ke semua bidang pengembangan yang dipandang masih terkait dalam sikap dan kemampuan dasar antara lain kemampuan bahasa, kemampuan daya pikir, kemampuan keterampilan, kemampuan jasmani dan kemampuan daya cipta.
E. Factor Yang Dominan Untuk Menciptakan Suasana Sekolah Yang Kondusif.
Keberhasilan menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk pelajaran budi pekerti, factor-faktor dominan yang perlu ditumbuhkembangkan pembinaanya antara lain : keimanan, ketaqwaan, kejujuran, keteladanan, suasana demokratis, kepedulian, keterbukaan, kebersamaan, keamanan, ketertiban, kebersihan, kesehatan, keindahan, sopan santun.
F. Indicator Keberhasilan.
1)      tingkat pengalaman ibadah keagamaan misalnya bagi mereka yang beragama islam dapat dilihat dari pengalaman ibadah wajib.
2)      Tingkat keimanan, kebersihan, ketertiban dan keteladanan lingkungan sekolah yang diukur dari persepsi peserta didik, orang tua dan masyrakat sekitar.
3)      Tingkat penurunan frekuensi dan intensitas kenakalan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
4)      Tingkat peran serta didik, Pembina sekolah dan masyrakat sekitar dalam program kegiatan sekolah.
5)      Tingkat pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta didik terhadap nilai-nilai dan norma ajaran budi pekerti yang dapat diukur melalui pendidikan keagamaan dan lainya.
G. Pemantauan Dan Evaluasi Pendidikan Budi Pekerti.
Hal-hal yang perlu dipantau dan dinilai antara lain peraturan/tata tertib sekolah, sarana dan prasarana, tenaga. Selain itu juga tentang program kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan. Kesesuaian antara program dan pelaksanaan perlu dievaluasi dengan cermat apabila kurang sesuai. Dengan diadakan pemantauan dan penilaian, maka sekolah akan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki program dan pelaksanaan serta pengembangan lebih lanjut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis ingin menyampaikan sebuah kesimpulan dari pengaruh pendidikan peserta budi pekerti ialah. Budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi adalah suatu pikiran jernih atau baik. Sedangkan pekerti adalah suatu perbuatan. Jadi budi pekerti adalah suatu perbuatan yang dikuti dengan pikiran baik.
Sedangkan dari pengaruh dibagi menjadi dua yaitu pendidikan budi pekerti dalam lingkungan sekolah dan pengaruh Seorang Guru Dalam Mengajarkan Budi Pekerti Ke Anak-Anak.
B.     SARAN
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini. Saya merasa sangat bermanfaat. Karena bisa mengikuti proses pembelajaran ini dengan baik. Namun penulis juga merasa bahwa makalah ini belum sepurna. Bagi siapa saja yang mau memberi saran dan kritik maka saya akan menerima dengan tangan terbuka.









 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar