TUGAS
UAS
PENDIDIKAN
BUDI PEKERTI
PENTINGNYA
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH PADA MASA USIA DINI
Dosen
Pengampu : Drs. Djuwalman, M. Pd
Disusun
Oleh :
Nama
: Rio
Hermawan
NPM
: 09144200103
Kelas/Semester
: A1/VII (Tujuh)
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA
2012
PENGESAHAN
PENDIDIKAN
BUDI PEKERTI
PENTINGNYA
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH PADA MASA USIA DINI
TUGAS
UAS
Tahun
Pelajaran 2012/2013
Yogyakarta,
27 November 2012
Dosen Penyusun
Drs. Djuwalman, M. Pd Rio
Hermawan
NIP : 0005075202 NIM : 09144200103
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis
tidak lepas dari bantuan pihak lain, sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya yaitu :
1. Dra.
H. Nur Wahyumiani, MA, selaku Dekan FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.
2. Drs.
Sarjiman, selaku Ketua Progran Studi Bimbingan dan Konseling.
3. Drs.
Djuwalman, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan budi pekerti.
4. Orang
tua kami yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada kami.
5. Semua
rekan-rekan yang telah memberikan sumbangan, pikiran, tenaga dan waktu dalam
penyusunan laporan ini.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Budi Pekerti, mengingat kemampuan yang terbatas sudah
tentu penyusunan laporan ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca, guna untuk perbaikan tugas untuk
masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 27 November 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….......................
i
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………………………… ii
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………... iii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….… iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
1
A. Latar
Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan
masalah.............……………………………………………………
1
C. Tujuan
pembahasan………………………………………………………….. 2
D. Manfaat
pembahasan………………………………………………………… 3
BAB II Pembahasan ...……………………………………………………………………. 2
A. Pengertian
Budi Pekerti .......…………………………………………………
3
B. Factor
Yang Mempengaruhi Budi Pekerti ….....…………………………….. 3
C. Pendidikan
Budi Pekerti Di Sekolah..………………………………………...
3
D. Tujuan
Pendidikan Budi Pekerti.............…………………………………….. 5
E. Factor
Yang Dominan Untuk Menciptakan Suasana Sekolah Yang Kondusif................…………………………………………………………....
5
F. Indicator
Keberhasilan.……………………...……………………………….. 6
G. Pemantauan
Dan Evaluasi Pendidikan Budi Pekerti.…………………………………………..............................................
7
BAB III Penarikan Kesimpulan dan
Saran………………………………………………...
9
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
10
B. Saran………………………………………………………………………...
12
DAFTAR FUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah.
Sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan. Di dalam sekolah diselenggarakan
proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan antara lain membentuk manusia
yang berbudi luhur. Pada zaman awal kemerdekaan Indonesia di lembaga pendidikan
sekolah diajarkan budi pekerti seperti pembiasaan hidup sopan santun, tata
karma, disiplin, kejujuran dan memiliki rasa hormat tinggi. Dalam
perkembangannya budi pekerti hilang dari kurikulum sekolah dan diganti dengan
pelajaran seperti civics, PMP atau PPKn, sedangkan pendidikan agama merupakan
mata pelajaran mengenai pendidikan akhlak.
Oleh
sebab itu pendidikan budi pekerti, kesehatan mental dan akhlak yang mulia
sangat penting bagi perkembangan peradaban dan kebudayaan di samping kecerdasan
berpikir, budi pekerti akhlak dan kesehatan mental adalah tugas dunia
pendidikan atau khusus ditujukan kepada sekolah. Untuk menangkap misi tersebut
setelah mengkaji berbagai masukan akademis, empiris dan sosial kultur dari para
pakar, praktisi, tokoh masyarakat, departemen pendidikan nasional menetapkan
komitmen untuk menyelenggarakan pendidikan budi pekerti yang diintegrasikan ke
dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dank e dalam tatanan kehidupan dan
iklim sosial budaya dunia pendidikan. Pendidikan budi pekerti secara
kependidikan diperlukan bukan hanya sebagai subtansi yang semata-mata
diajarkan, tetapi lebih mendasar sebagai interaksi sosial budaya dan edukatif
antara siswa dengan seluruh unsure pendidikan yang ada di sekolah dan di luar
sekolah / masyarakat yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta
terwujudnya individu yang berakhlak mulia.
Dengan
melihat kejadian dalam masyarakat dan keadaan mental pelajar dan remaja yang
cenderung melanggar norma dan merosotnya budi pekerti, saya menulis makalah ini
untuk salah satu syrat mata kuliah pendidikan budi pekerti guna mengembangkan
tugas membentuk manusia Indonesia seutuhnya di masa depan.
B.
Rumusan
Masalah.
Didalam
makalah ini penulis menyajikan sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
·
Factor yang mempengaruhi budi pekerti ?
·
Bagaimana pendidikan budi pekerti dalam
lingkungan sekolah sendiri?
·
Bagaimana pengaruh seorang guru dalam
mengajarkan budi pekerti ke anak-anak?
C.
Tujuan
Pembahasan.
Untuk mengembangkan nilai, sikap dan
prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur. Hal ini
mengandung arti bahwa dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai yang ingin
dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai
akhlak yang mulia ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam
tingkah lakunya.
D. Manfaat Pembahasan.
Sesungguhnya
dalam penulisan makalah ini penulis merasakan banyak manfaat baik secara
lahiriah maupun secara batiniah. Secara lahiriah penulis merasakan bahwa betapa
penting ilmu budi pekerti dalam kehidupan nyata. Sehingga terbentuknya sebuah
peradaban manusia, yang selalu taat terhadap norma-norma berlaku bukan seperti
yang telah dicontohkan oleh para pemimpin ditulis dilatarbelakang diatas.
Sedangkan secara batiniah penulis merasa sangat bangga ketika mengetahui bahwa
sebuah peradaban yang baik berasal dari budi pekerti baik, begitu juga
sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Budi Pekerti.
Di
dalam proses pendidikan dan pengajaran ada beberapa factor yang satu sma lain
saling berkaitan, yaitu antara lain : pendidik, peserta didik, lingkungan, alat
dan tujuan. Kombinasi dari berbagai factor tersebut akan menghasilkan keluaran
(out put) yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Budi pekerti
merupakan hasil kombinasi dari ketiga hal tersebut, tetapi yang paling dominan
adalah pada sifat afektif.
Budi
pekerti dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian antara
lain adat istiadat, sopan santun dan prilaku. Oleh sebab itu pengertian budi
pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai prilaku maka budi pekerti
meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku (edi sedyawati, 1997 : 4).
Sedangkan pengertian lain adalah alat batin yang merupakan paduan akal dan
perasaan untuk menimbang baik dan buruk, tingkah laku, perangai, akhlak atau
watak seseorang itu diwujudkannya setelah ia memadukan akal dan perasaannya
untuk menimbang baik dan buruknya sesuatu (sugihastuti, 1995 : 2). Budi pekerti
adalah tingkah laku, akhlak, perangai atau watak (kamus besar Indonesia, 1989 :
150).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa budi pekerti merupakan alat batin yang
merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk, tabiat, akhlak,
watak, perbuatan baik, daya upaya dan akal yang diwujudkan dalam perilaku.
Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang berwujud dalam
gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi juga ucapan. Budi pekerti selaras
dengan adat istiadat, norma dan nilai yang berlaku dimasyrakat.
Untuk
membudayakan budi pekerti di sekolah hendaknya diupayakan dengan mengoptimalkan
semua potensi yang ada di sekolah. Dengan demikian diharapkan sekolah menjadi
wahana dalam pendidikan budi pekerti untuk membentuk anak-anak bangsa yang
berbudi luhur, berakhlak mulia, di samping kecerdasan pikir.
B. Factor Yang
Mempengaruhi Budi Pekerti Antara Lain :
1) keaehatan mental
Orang yang berbudi pekerti luhur
dinyatakan sehat mentalnya adalah orang yang dapat:
a) Menyesuaikan
diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu mengandung
tantangan.berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan termasuk : mau
menerima tugas, menyelesaikan tugas dan memusatkan perhatian dalam jangka waktu
tertentu.
b) Memperoleh
kepuasan dalam perjuangannya.
Merasa puas atas prestasi yang dicapai,
merasa puas setelah menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
c) Merasa
lebih puas member daripada menerima.
Anak dibiasakan : member makanan kepada
anak yang membawa makanan, meminjamkan alat-alat tulis kepada teman yang lain.
d) Secara
relative bebas dari rasa tenggang dan cemas.
Misalnya : sabar menunggu giliran,
berhenti bermain pada waktunya, tidak cengeng.
e) Berhubungan
dengan orang lain secara tolong menolong dan saling menghargai.
Misalnya : bergotong royong sesame
teman, tolong menolong sesame teman.
f) Manerima
kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari depan.
Misalnya : menghindari obat-obatan yang
berbahaya, menghindari benda-benda yang berbahaya.
g) Mengarahkan
sikap permusuhan menjadi perbuatan yang kreatif dan konstruktif.
Anak dibiasakan : sikap menghormati
orang lain, menciptakaan suasana keakraban, melatih keberanian dan
mengembangkan sosialisasi anak dan sebagainya.
h) Memiliki
rasa sayang yang besar.
Misalnya : mengucapkan salam bila
bertemu dengan orang lain. Pada waktu mengucapkan salam ditanamkan pembiasaan
antara lain : sopan santun, menunjukan reaksi dan emosi yang wajar (basuki BS,
2001 : 1).
2) kepribadian.
Kepribadian adalah organisasi
system-sistem psikofisik individu yang menentukan cara-cara penyesuian dirinya
yang unik terhadap lingkungannya (ngalim purwanto, 1990 : 159). Masalah-masalah
yang berhubungan kepribadian adalah sikap, sifat, temperamen dan watak.
a) Sikap.
Factor yang berperan
penting di dalam sikap adalah factor perasaan/emosi dan factor reaksi atau
kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal sikap merupakan penentu
penting dalam tingkah laku. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan
alternative yaitu senang dan tidak senang, menurut atau menghindar. Factor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengembangan sikap adalah kematangan, kehidupan
sekolah, keadaan fisik, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, guru, kurikulum
sekolah dan metode mengajar guru.
b) Temperamen.
Temperamen lebih
merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/tergantung pada konstitusi tubuh,
oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik. Temperamen tidak
dipengaruhi oleh lingkungan.
c) Watak.
Watak berisi tentang
sikap, sifat dan temperamen. Ketiganya merupakan komponen watak. Watak
seringkali dihubungkan dengan pengertian moral atau nilai-nilai etis yakni apa
yang disebut baik dan buruk. Watak dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti :
pengalaman, pendidikan, intelegensi dan kemampuan. Sifat-sifat dan watak
seseorang merupakan hasil intelegensi antara pembawaan dan lingkungan cultural.
C.
Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah.
Menurut udin S. winata
putra, 2001 : 6 visi, misi, tujuan, factor dominan dan evaluasi program sebagai
berikut :
1) Visi
pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai
bentuk nilai, moral, etika yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga
Negara Indonesia berakhlak mulia dalam pikiran, sikap dan perbuatan
sehari-hari.
2) Misi
pendidikan budi pekerti.
a) Mengoptimalkan
subtansi dan pelaksanaan mata pelajaran yang relevan khususnya pendidikan agama
dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan serta pelajaran lainya yang relevan,
sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga pada peserta didik bukan hanya
cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas spiritual, emosioanal dan sosial.
b) Mewujudkan
tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang dikembangkan sebagai
lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak mulia/moral luhur, sebagai wahana
bagi siswa, tenaga kependidikan dan pengelola pendidikan untuk membangun
interaksi induktif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhlak mulia, serta
membangun ketahanan sekolah, lingkungan keluarga dan masyrakat dari pengaruh
luar negative.
c) Memanfaatkan
media massa dan lingkungan masyrakat secara selektif dan adaptif guna mendukung
keseluruhan upaya penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai budi pekerti baik
yang melalui mata pelajaran yang relevan maupun yang melalui pengembangan
budaya pendidikan disekolah.
d) Membangun
kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyrakat dalam penerapan pendidikan
budi pekerti.
D. Tujuan Pendidikan
Budi Pekerti.
Pendidikan
budi pekerti yang terintegrasi secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa
agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan
tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri siswa serta mewujudkannya
dalam perilaku sehari-hari, dalam berbagai konteks sosial budaya yang bhineka. Selanjutnya
esensi tujuan tersebut perlu dijabarkan dalam pengembangan pembelajaran dan
sumber belajar setiap mata pelajaran yang relevan dengan tujuan agar siswa
mampu menggunakan pengetahuan, nilai, keterampilan mata pelajaran itu sebagai
wahana yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta terwujudnya sikap dan
perilaku siswa yang mencerimkan akhlak mulia yang dipersyratkan bagi manusia
Indonesia seutuhnya.
Selain
itu pendidikan budi pekerti diajarkan di sekolah dengan maksud antara untuk
membangun generasi masa depan, selain cerdas juga berakhlak mulia dan berbudi
lihur. Watak yang tidak berbudi yang sering tampak dalam masyrakat Indonesia
harus segera diakhiri, dan untuk jangka panjang perlu pembinaan generasi yang
berbudi luhur. Berdasarkan teori pembinaan generasi yang berbudi luhur harus
dimulai sejak dini, sejak anak masih kecil. Oleh karena itu pendidikan budi
pekerti di sekolah dimulai dari taman kanak-kanak, sungguhpun pada dasarnya
sudah terjadi di lingkungan keluarga.
Pendidikan
budi pekerti diintegrasikan ke semua bidang pengembangan yang dipandang masih
terkait dalam sikap dan kemampuan dasar antara lain kemampuan bahasa, kemampuan
daya pikir, kemampuan keterampilan, kemampuan jasmani dan kemampuan daya cipta.
E. Factor Yang Dominan
Untuk Menciptakan Suasana Sekolah Yang Kondusif.
Keberhasilan
menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk pelajaran budi pekerti,
factor-faktor dominan yang perlu ditumbuhkembangkan pembinaanya antara lain :
keimanan, ketaqwaan, kejujuran, keteladanan, suasana demokratis, kepedulian,
keterbukaan, kebersamaan, keamanan, ketertiban, kebersihan, kesehatan,
keindahan, sopan santun.
F. Indicator
Keberhasilan.
1) tingkat
pengalaman ibadah keagamaan misalnya bagi mereka yang beragama islam dapat
dilihat dari pengalaman ibadah wajib.
2) Tingkat
keimanan, kebersihan, ketertiban dan keteladanan lingkungan sekolah yang diukur
dari persepsi peserta didik, orang tua dan masyrakat sekitar.
3) Tingkat
penurunan frekuensi dan intensitas kenakalan peserta didik baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
4) Tingkat
peran serta didik, Pembina sekolah dan masyrakat sekitar dalam program kegiatan
sekolah.
5) Tingkat
pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta didik terhadap nilai-nilai dan
norma ajaran budi pekerti yang dapat diukur melalui pendidikan keagamaan dan
lainya.
G. Pemantauan Dan
Evaluasi Pendidikan Budi Pekerti.
Hal-hal
yang perlu dipantau dan dinilai antara lain peraturan/tata tertib sekolah,
sarana dan prasarana, tenaga. Selain itu juga tentang program kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan. Kesesuaian antara program dan pelaksanaan perlu
dievaluasi dengan cermat apabila kurang sesuai. Dengan diadakan pemantauan dan
penilaian, maka sekolah akan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki program dan pelaksanaan serta pengembangan lebih lanjut.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis ingin
menyampaikan sebuah kesimpulan dari pengaruh pendidikan peserta budi pekerti
ialah. Budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi adalah suatu
pikiran jernih atau baik. Sedangkan pekerti adalah suatu perbuatan. Jadi budi
pekerti adalah suatu perbuatan yang dikuti dengan pikiran baik.
Sedangkan dari pengaruh dibagi menjadi dua yaitu pendidikan budi pekerti dalam lingkungan sekolah dan pengaruh Seorang Guru Dalam Mengajarkan Budi Pekerti Ke Anak-Anak.
Sedangkan dari pengaruh dibagi menjadi dua yaitu pendidikan budi pekerti dalam lingkungan sekolah dan pengaruh Seorang Guru Dalam Mengajarkan Budi Pekerti Ke Anak-Anak.
B.
SARAN
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini. Saya
merasa sangat bermanfaat. Karena bisa mengikuti proses pembelajaran ini dengan
baik. Namun penulis juga merasa bahwa makalah ini belum sepurna. Bagi siapa
saja yang mau memberi saran dan kritik maka saya akan menerima dengan tangan
terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar